Kawasan Kandangan

6 Simbol Kepemimpinan Peninggalan Masa Prasejarah Di Situs Krajan.


Pesanggaran Wadung Prabu yang dibangun oleh masyarakat

Situs Krajan terletak di Dusun Krajan, Desa Kandangan Kecamatan Senduro. Situs Krajan yang diperkirakan peninggalan masa Prasejarah dengan perkembangan tradisi megalithiknya.Kontur tanah yang berundak serta penataan lempengan batu-batu besar yang berbentuk meja batu dan menhir (batu tegak) sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur.
Situs yang luasnya diperkirakan 5 hektar, ditemukan struktur dinding batu yang tertata berundak. di setiap undakan banyak berserakan lempengan batu (meja batu dan menhir atau batu tegak).

Toponim disesuaikan penyebutan oleh masyarakat sekitar yang masih mempergunakan situs tersebut sebagai tempat persembahyangan umat Hindu dan ritual bagi masyarakat sekitar pada bulan purnama atau tilem. Juga terdapat upacara besar yang disebut Unan-unan yang awalnya diperingati 8 tahun sekali berdasarkan tahun peredaran matahari, tetapi sekarang dilakukan setiap 5 tahun sekali berdasarkan peredaran bulan yang disesuaikan dengan pertanggalan masyarakat Hindu Tengger.

Undakan terdalam dikelilingi oleh pohon-pohon besar.Ada 6 batu yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar yaitu Wadung Prabu(Menhir), Tejokusumu (Menhir yang menyerupai phallus) sehingga disebut masyarakat sebagai Lingga Siwa, Mbah Pikulun (Meja Batu), Selo Gending (Meja batu), Kayu Gedang (Meja batu).Di Halaman luar juga ditemukan struktur dinding batu yang tertata rapi serta temuan Meja batu dan  Menhir. Terdapat sumber air atau sumur tua yang disebut dengan Sumur Windu yang telah diberi sebuah bangunan sanggah persembahan di halaman tengah, selain itu ditemukan fragmen gerabah dari tanah liat yang berpola hias. Situs ini sekarang dalam pemugaran yang dilakukan oleh masyarakat sekitar situs dan bersifat Living Monument (masih difungsikan).

Sejarah Situs Krajan.

Situs Krajan diperkirakan peninggalan masa Prasejarah dengan perkembangan tradisi Megalithiknya (Mega: Besar, Lithik/Lithos: Batu), yang berkembang masa pertengahan Mesolithik (Meso: Madya/Tengah, Lithik/Lithos: Batu) hingga sekarang. Ketika persebaran Hindu di Lamajang, Situs ini berubah fungsi menjadi tempat persembahyangan umat Hindu tetapi tetap menggunakan media batu besar. Perkembangan media batu besar ini diperkirakan awal manusia telah mengenal teknologi pertanian karena apabila dilihat wilayah Lamajang yang sejak dulu memiliki tanah yang subur  dan berhubungan denga pemujaan terhadap roh suci leluhur dengan arah hadap gunung yang diyakini sebagai astananya yaitu keyakinan akan tempat yang semakin tinggi semakin suci.

6. Simbol Kepemimpinan.

5 temuan batu dan sumber air  yang dianggap keramat masyarakat setempat di Situs Krajan dimaknai oleh pak Prangko sebagai tokoh sesepuh Hindu di Senduro. Temuan 5 batu dan sumber air tersebut dianggap memiliki makna filosofis yang tinggi, beliau berpendapat temuan tersebut memilki simbol  yang merupakan dasar-dasar bagi seorang pemimpin. 6 simbol tersebut adalah:

1. Eko kayu Gedang (Temuan Meja Batu) artinya kayune...poro jalmo tumindak kuwajibane, disimbolkan bahwa hidup di dunia seorang pemimpin harus menjadi manfaat bagi rakyatnya.

2. Dwi Tedjo Kusumo (Menhir) artinya Tedjo = cahaya, Kusumo = Sekar atau kembang merupakan simbol seorang pemimpin harus menyebarkan harumnya ke seluruh umat manusia atau pemimpin harus memiliki kharisma dan karakter yang kuat, sehingga rakyat bukan segan karena takut tetapi segan terhadap kewibawaan dan ketegasan pada pemimpinnya.

3. Katri Selo Gending (Meja Batu), artinya selo, watu/waton = pedoman, Gending = perilaku yang baik. Bahwa Pemimpin harus menjadi contoh yang baik bagi rakyatnya.

4. Panca Wadung Prabu (Menhir), Wadung atau senjata = kekuatan, Prabu = pemimpin. Bahwa pemimpin harus memiliki sarana kekuatan yang dapat menata negara sehingga menjadi negara yang damai dan sejahtera. 

5. Panca Sumur Windu (Sumber air), artinya Sumur = Sumber, Windu = Delapan, seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat 8 unsur yaitu (1) Pertiwi atau unsur tanah yang disimbolkan kesabaran, (2) Samudro atau samudera simbol hati yang lapang, (3) Maruto atau angin simbol Penyejuk, (4) Suryo atau matahari, simbol semangat, (5) Candra atau bulan simbol pribadi yang menyenangkan, (6) Agni atau api simbol bijaksana, (7) kartika atau Bintang yang bertebaran di langit simbol penerang, (8) warih atau air simbol kehidupan. 

6. Sad Sanghyang Pikulun (Meja batu),Sanghyang Pikulun artinya Tuhan Yang maha Kuasa...bahwa seorang pemimpin yang taat akan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa...sehingga pemimpin tersebut takut akan perbuatan yang dapat merugikan rakyatnya, 

Simbol Kepemimpinan yang memiliki prinsip Jawa purba, bahwa sebelum agama berkembang nenek moyang kita sudah meyakini kekuasaan di atas segalanya dan keseimbangan alam. Keseimbangan alam adalah bahwa manusia dan makhluk lainnya saling bekerja sama dan menjaga alam semesta, Tidak merusak , ramah dengan lingkungan dan kepercayaan akan bahwa makhluk lainnya saling membutuhkan. Dan keyakinan akan kekuasaan Tuhan yang Maha Esa bahwa segala sesuatu yang berada di alam semesta ada yang mengatur yaitu kekuasaan yang Tunggal. (AP2014)

Komentar

  1. Terima kasih atas deskripsi terkait situs Selogending di atas kak. Jadi, saya bisa belajar mengenai bangunan sejarah tersebut. Temoatnya keren kak, saya kemarin habis dari sana.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relief Gana

Museum Daerah Kabupaten Lumajang

Prasasti Lumajang