Jaran Kencak Sebagai Materi Pameran 
Museum EXPO 2015  Se Jawa Timur 

 Stand Pameran. Dok Disbudpar Lumajang

Pameran Museum EXPO Se Jawa Timur adalah moment penting yang sangat ditunggu-tunggu oleh Museum Daerah di berbagai daerah terutama Museum Daerah di Jawa Timur. Masing-masing museum berusaha men display koleksinya dengan tampilan yang terbaik, dan memberikan narasinya dengan jelas sehingga dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi pengunjungnya. Kabupaten Lumajang tidak ketinggalan ikut serta dalam pameran tersebut dua kali Pameran Expo. Ikut serta pameran tersebut sebagai ajang menjalin persaudaraan dan bertukar informasi dengan museum daerah lainnya, selain itu saling bekerja sama dalam pengembangan antar museum terutama menarik pengunjung dan tampilan  yang menarik. Sehingga museum dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengunjung sehingga tujuan museum memberikan informasi, edukasi dan ilmu pengetahuan tercapai dan tepat sasaran.

Museum Daerah Kabupaten Lumajang yang bersifat Museum Umum merupakan Museum yang menyimpan koleksi Purbakala dan Seni Budaya, dengan visi museum adalah sebagai Perkembangan Peradaban dan Identitas Masyarakat Lumajang, sesuai dengan visinya maka dalam Pameran Museum EXPO 2015 Se Jawa Timur membawa Tema "Jaran Kencak" dengan menampilkan salah satu koleksi Seni dan Budaya yaitu patung Jaran Kencak atraksi, miniatur musik danglung dan Relief Kuda Candi Kedungsari dari koleksi Purbakala. 

Kesenian Jaran Kencak. Dok Disbudpar Lumajang

Latar belakangnya karena Jaran Kencak adalah seni dan budaya Kabupaten Lumajang yang diperkirakan berkembang sejak migrasinya suku Madura ke Lumajang ketika Arya Wiraraja meminta bagian Pulau Jawa di wilayah timur dan  berkuasa di Lamajang Tigang Juru yaitu Juru Lamajang sebagai pusat, Juru Panarukan atau Patukangan dan Juru Blambangan (Sumber Pararaton Pupuh 11-14, J.L Brandes). Wilayah–wilayah tersebut merupakan daerah tapal kuda sekarang dengan budaya yang berkembang adalah budaya “Pendhalungan” yaitu perpaduan antara Jawa dan Madura. 

Menurut cerita rakyat yang berkembang bahwa jaran Kencak bermula dari pasukan kuda
Arya Wiraraja yang membantu Raden Wijaya untuk menyerang pasukan dari Kediri, namun ditengah perjalanan pasukan Arya Wiraraja ingin beristirahat untuk melepas lelah menghibur diri dengan memainkan alat musik seadanya, mendengar alunan musik tersebut kuda pasukan tersebut menari mengikuti iramanya. Diyakini, orang yang pertama kali menciptakan kesenian ini bernama Klabisajeh, seorang pertapa suci yang tinggal di lereng Gunung Lemongan. Berkat kesaktiannya Klabisajeh bisa membuat kuda liar tunduk jinak dan pandai menari sehingga jadilah Jaran Kencak; Jaran artinya Kuda, Kencak artinya Menari.

Musik Danglung berasal dari Makna kata `Pendhalungan' yang diberikan oleh Prawiroatmodjo (1985) dalam Bausastra Jawa¬Indonesia II. Menurutnya, secara etimologis Pendhalungan berasal dari dasar Bahasa Jawa dhalung yang berarti "periuk besar". Dalam konsep simbolik, `periuk besar' bisa didefinisikan sebagai tempat interksi masyarakat yang berakulturasi  dalam  ruang dan waktu sehingga melahirkan varian baru kebudayaan yang disebut Pendhalungan. Musik Danglung di Lumajang merupakan perkembangan dari musik tradisonal hasil akulturasi dari budaya Jawa dan Madura. Perkembangannya di wilayah tapal kuda, asal mula diperkirakan  dari migrasi etnis madura ke Jawa ketika masa berkuasanya Arya Wiraraja di Lamajang Tigang Juru Tahun 1295  (Pararaton, pupuh 14). Alat musik danglung terdiri dari gong, kenong telo’, terompet, kendhang, kethongan dan jidor, dan biasanya mengiringi kesenian jarak kencak, jaran slining, dan glipang.   

Relief Kuda Temuan Candi Kedungsari. Dok Aries.

Temuan Relief Kuda pada Candi di Dusun Kedungsari, Desa Kedungmoro, Kecamatan Kunir  menguatkan bahwa kuda merupakan hewan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Lumajang. Selain untuk kebutuhan hidup sehari-hari karena masyarakat Lumajang yang mayoritas sebagai petani, selain itu juga menjadi sarana untuk seni pertunjukan dan perhelatan. Kuda dalam berbagai kebudayaan dianggap sebagai simbol kebebasan, kecerdasan, dan kekuatan.

 Pengunjung Stand Pameran. Dok Disbudpar Lumajang

Tampilan Tema jaran Kencak oleh Museum Daerah Kabupaten Lumajang membuat pengunjung stand  Pameran tertarik dengan didukung audio visual yang menampilkan potensi cagar budaya, kesenian dan wisata di Kabupaten Lumajang serta yang paling utama promosi keberadaan Museum Daerah Kabupaten Lumajang. 

Museum Daerah Kabupaten Lumajang sangat mengapresiasi kunjungan di stand pameran karena mereka tertarik dalam penampilan tidak terpaku pada bendanya saja tetapi benda koleksi yang didukung oleh seni dan budaya yang berkembang di kabupaten Lumajang. Hal ini membuktikan bahwa Museum bukan hanya sebagai tempat penyimpanan, perawatan dan pelestarian benda cagar budaya, tetapi museum juga merupakan sarana  yang merupakan pusat informasi sejarah, seni dan budaya perkembangan daerah yang menjadi identitas daerah tersebut. (AP).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Relief Gana

Museum Daerah Kabupaten Lumajang

Prasasti Lumajang